Sabtu, 25 Juni 2011

The illusions



Kamu tahu,
Saya punya standard yang tinggi dalam menetapkan sebuah kejujuran. Bahkan mungkin terlalu tinggi, jika dibandingkan dengan banyak manusia lainnya.
Saya tidak lagi percaya abu-abu, membenci ketidakpastian dan mencurigai setiap kepastian.
Katakan saya sebuah kalimat, maka saya akan mengkajinya berulang kali. Mengamatinya dengan teliti supaya tidak ada celah yang dapat dipakai untuk menyakiti saya nantinya.
Mungkin ini trauma masa lalu, atau paranoia tingkat tinggi. Tapi inilah saya, tipikal manusia yang hidupnya babak belur dihantam kebohongan.

Karena itu saya tidak mau lagi mendengar janji. Karena bagaimana mungkin merancang masa depan, kalau hari ini saja manusia sulit berjalan lurus?
Bagaimana mungkin bisa memastikan apa yang belum sampai, kalau lidah tidak bertulang dan hati bisa bengkok sewaktu-waktu?

Mungkin itu alasannya, mengapa mereka bilang saya terlalu skeptis.
Si pahit yang sarkastik memandang hidup, itu kata banyak teman-teman saya.
Tapi tidak mengapa, karena pada akhirnya pun kesusahan seorang hanya akan ditanggung seorang pula.

Mungkin itu pula alasannya, mengapa hati saya tidak beranjak mendekati kamu. Walau sungguh, saya suka kamu.
Karena kamu terlalu abu-abu, tidak bisa dipercaya dan terlalu berbahaya buat saya.
Dan pikir saya masih terlalu kukuh, menaruh rambu-rambu untuk menghalangi gerak rasa.
Jadi disini saya, tidak beranjak sama sekali.
Diam.
Tenang.
Menanti.

Menanti apa, saya juga tidak tahu. Tapi yang saya tahu saya harus tinggal tenang, setidaknya saat ini. Membiarkan pusaran rasa berputar-putar di lekuk yang sempit, tanpa boleh keluar menemui muaranya.
Membiarkan letupan amarah tinggal tenang, hingga habis masa untuk bersedih.

Ya, mungkin itu alasannya. Kenapa saya memutuskan untuk membiarkan kamu pergi.
Karena topeng yang kamu kenakan terlalu tebal, terlalu ambigu dan terlalu menyimpan banyak kebohongan.
Dan kebohongan? saya tidak pernah suka.
Dan kamu? terlalu sulit untuk saya mengerti.

Jumat, 17 Juni 2011

Macabre




Is it wrong for me to not have you and yet not want anyone else to have you either? Because I don’t think my fragile heart can handle your words describing how someone else makes you better than who you are when I’m still wishing I was the light in your night.


Kadang ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan. Tepatnya, tidak perlu.
Karena penjelasan akan membawa lebih banyak lagi pertanyaan. Dan pertanyaan akan menuntut lagi penjelasan. Seperti tikus dalam lingkar labirin, berputar-putar tanpa jalan keluar.
Jadi kadang lebih baik diam, menikmati kekinian dan melupakan hari kemarin.
Berhenti berandai-andai apalagi mengucapkan doa.
Hanya diam, disini. Menikmati kekosongan hari ini.

Kadang ada kata-kata yang harus diucap.
Sesakit apapun itu, semunafik apapun kedengarannya.
Ternyata tidak sesulit itu, mengucapkan kata yang sebenarnya tak ingin kita lontarkan.
Hanya perlu merapal mantra dan menguatkan hati, mengujarkannya dengan nada yang tepat dan tak terdengar sedih.
Semudah itu.

Dan kadang ada hal-hal yang harus berakhir tanpa penyelesaian.
Karena seberapa kerasnya pun manusia berusaha ada hal lain yang bernama takdir.
Mungkin yang terpenting adalah berusaha menerima semuanya dengan lapang dada,
Berharap bahwa pada akhirnya pun bahagia akan temukan muaranya.

Kadang tidak perlu ucapan selamat tinggal,
Hanya perlu punggung yang menjauh pergi supaya tak pernah terbaca air mata.


Rabu, 15 Juni 2011

Half truth is a whole lie



Kamu tahu, saya selalu suka tulisan kamu. Tidak pernah tidak.
Saya selalu menunggu apalagi emosi yang kamu bawa di tulisan terbaru kamu, walau harus saya akui bahwa tidak jarang saya merasa iri pada mereka, gadis-gadis yang begitu berarti buat kamu.

Bahkan kalau kamu ingat saya pernah dua kali meminta kamu menulis tentang saya.
Yang pertama kamu penuhi, yang kedua kamu jawab dengan sebaris tawa.
Ya, sebesar itu saya menyukai tulisan kamu.
Sebesar itu saya mengagumi barisan kata yang tertera, rangkaian kata yang tidak pernah gagal membuat saya menahan nafas.

You inspire me, Yes it's true.
Bahkan kamu membuat saya duduk lagi disini dan menulis lagi, setelah sekian lama.

Ya, saya selalu menyukai tulisan kamu.
Walau yang tertera hanya baris-baris tanpa pernah ada nada yang terdengar bunyi. Walau yang terlihat hanya sebuah cetakan wajah yang selalu saya bilang mirip Andy Lau.
Walau yang tersisa cuma beberapa baris komentar saya yang tertelan puluhan penggemar kamu.
Saya selalu menyukai tulisan kamu, jauh sebelum kamu tahu keberadaan saya.

Lalu bergemalah kamu di hari saya meski masih tanpa nada dan bayang.
Hanya percakapan-percakapan ringan, tentang wanita yang pernah mengisi hidup kita.
Obrolan basi tentang pahitnya cinta dan basa basi busuk tentang selamanya.
Bahkan kadang cuma lanturan kesana kemari hanya karena kita sama-sama sedang iseng menghadapi dunia nyata.

Sesederhana itu, kamu dan saya.
Dua orang asing yang dipertemukan bingkai maya untuk sekedar membagi kisah.

Kamu bilang saya familiar.
Saya bilang kita berada di dunia yang berbeda.
Kata kamu ada yang tidak asing dari cara saya bertutur.
Saya bilang mungkin di reinkarnasi sebelumnya kita pernah bertemu.
Kamu ingin tahu siapa saya,
Saya ingin tahu siapa kamu.
Kamu tidak pernah percaya siapa saya,
Saya selalu percaya siapa kamu.

Ya, sesederhana itu kita bersahabat.
Hampir satu tahun, sungguh bukan waktu yang sebentar.

Lalu ada dia,
Seseorang yang datang membawa sedikit cerita tentang kelamnya hidup.
Seseorang yang bahkan tidak pernah pandai berkata-kata.
Dan saya dengan tulus mengundang dia masuk ke dalam hidup saya.
Karena saya percaya kamu,
Karena saya tidak pernah sama sekali meragukan kamu.

Ya, ada dia yang mencuri malam-malam saya akhir-akhir ini.
Dia yang tinggalnya hanya selemparan batu.
Yang umurnya beberapa bulan lebih muda dari saya.
Yang menulis sama indahnya dengan kamu.
Yang meminta kesempatan untuk mengenal saya.

Kamu tahu, saya bahkan lebih suka dia dibanding kamu.
Dia lebih nyata, sedangkan kamu hanya ada di gambaran otak saya.
Dia lebih membumi, sedangkan kamu dengan sekian banyak wanita yang mengelilingi kamu terasa hampir seperti superman.

Saya pikir saya punya waktu, untuk memastikan semuanya dengan perlahan.
Untuk membenahi apa yang salah dalam hidup saya terlebih dahulu.
Untuk mengamati, karena terburu-buru selalu membawa malapetaka.

Tapi kemudian ada ucapan itu, yang kamu lontarkan entah dengan tujuan apa.
Saya rasa mungkin karena kamu memang tidak pernah perduli dengan saya.
Karena itu bukan khilaf.
Dan pastinya bukan ketidaksengajaan.
Ya, mungkin kamu memang tidak perduli karena toh di otak kamu hanya ada dia, wanita yang kau gilai setengah mati.
Tapi kamu harus tahu, bahwa kamu mengecewakan saya dengan luar biasa.
Karena kamu bukan cuma mengambil satu orang dari kehidupan saya,
Kamu mengambil dua orang sekaligus.

Karena saya mengidolakan kamu, mencemburui wanitamu yang kamu puja.
Dan saya menyukai dia, yang mengisi malam-malam saya sampai saya letih dan jatuh tertidur.

Karena yang tersisa hanya maaf.
Dan seperti yang saya katakan berulang kali, maaf tidak pernah membayar apapun juga.
Dan kamu, seharusnya adalah orang yang paling tahu tentang itu.

(I wish you nothing but a happy life..)