Minggu, 24 Juni 2012

The Impermanence





Saya sering berkata bahwa pelajaran yang saya beli dengan harga paling mahal itu adalah pelajaran tentang kemelekatan.
Salah satu doktrin yang mendasar dari ajaran Budha adalah anicca, atau impermanence. Segala hal di dunia ini selalu berubah, tidak ada yang permanen dan konstan. Dan apa yang menyebabkan manusia menderita adalah karena kita selalu melekat, dan tidak mau menyadari bahwa segala sesuatu pasti berubah. Segala sesuatu, baik itu kehidupan, jodoh, hal-hal materiil dan imateriil tak pernah kekal.

Oleh sebab itu saya selalu menekankan kepada diri saya untuk belajar tidak melekat. Kepada apapun, dan mudah-mudahan kepada siapapun. Dan yang tersulit tentunya adalah belajar untuk mencintai dengan pemahaman bahwa setiap orang yang kamu cintai bisa pergi kapan saja. Bahwa setiap orang yang ada di dunia kamu saat ini bisa saja tidak lagi bersinggungan dengan harimu besok.

Sometimes i wonder, how can you love someone wholeheartedly if there is no guarantee that the person will be there for you at least for a very long time?
How can you build a plan with them knowing that the person might not stay long enough for the plan to come true?

Mungkin pemahaman seperti itulah yang membuat saya skeptic dalam memandang segalanya. I no longer believe in fairy tale and they live forever ever after. Saya lebih percaya apa yang dinamakan "kekinian". Saat ini. Now.
Mungkin dengan memandang segala sesuatu dari sisi kekinian, saya lebih bisa berdamai dengan semuanya jika suatu saat nanti things are not going according to my plan.

Di sisi lain, mungkin triknya adalah menemukan orang yang cukup pantas untuk diresikokan. I know there is no guarantee when it comes to relationship, but i believe that we can minimize the risk and not bet againsts the world. Karena kalau ada yang saya pelajari, its the house who wins most of the times.



- Posted using BlogPress from my iPad



- Posted using BlogPress from my iPad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar