Sabtu, 02 Oktober 2010
Tentang Gundah
Kamu tahu, kadang masa lalu itu seperti hantu. Mereka datang begitu saja, melekat dalam pikir dan tak mau pergi. Mereka membebani langkah, mengikat kaki dengan rantai sampai kaki lekat dengan tanah. Mereka meracuni hati, mengkarati setiap kebahagiaan yang berhasil engkau ciptakan dengan susah payah. Seperti gelembung sabun yang ditusuki oleh jarum, seperti itulah bisa kau dengar nanah dihatimu pecah mengeluarkan bisa.
Saya tidak mengerti akan orang-orang perkasa yang berjalan tanpa menoleh ke belakang.
Saya bertanya-tanya apa yang mereka lakukan sehingga telinga berhasil ditulikan dan mata seperti tertutup kain hitam. Saya tidak mengerti, orang-orang yang masih saja mampu menyusun keping kehidupan setiap kali badai datang dan menghamburkan segalanya.
Benarkah ada rasa benci yang begitu besar yang mampu menggerakan roda kehidupan? Atau mungkin ada kedamaian yang mampu menerbitkan sebuah kata ikhlas?
Saya tidak pernah membenci masa lalu saya. Mungkin mulut saya memang penuh makian, mungkin hati saya pahit dan jiwa saya keruh. Tapi untuk benar-benar membenci masa lalu saya rasanya tidak mungkin.
Bukan, bukan karena saya tidak punya cukup alasan. Bukan pula karena dia tidak pantas untuk saya sumpah serapahi. Tapi menurut saya aneh, membenci seseorang yang pernah kamu cintai setengah mati. Saya juga tidak pernah benar-benar bisa lupa. Karena seperti yang tadi saya bilang, masa lalu selalu punya cara untuk menyelusup masuk ke dalam kekinian.
Mungkin seperti wangi kopi pahit yang merasuki mimpimu.. menggugah sadarmu bahwa pagi telah tiba, dan kamu harus bangun.
Tapi kalau ada yang saya pelajari akhir-akhir ini mungkin adalah sebuah kenyataan bahwa hidup itu bukan sebuah film. Bahwa tidak pernah ada kata "rewind", "pause", atau "fast forward" dalam hidup.
Konsekuensi dari sebuah pilihan kadang tidak bisa kita anulir. Waktu-waktu berharga tidak bisa kita hentikan seberapa keraspun kita berusaha, dan luka? Tidak pernah ada jalan untuk memajukan waktu dan mengeringkannya dengan seketika.
Hidup adalah sebuah nyata. Bukan film 2 jam yang diakhiri oleh kata "dan mereka hidup bahagia selamanya".
Hidup adalah sebuah nyata, dan mungkin tidak pernah akan ada seorang pangeran yang mau bersusah payah menerobos hutan belantara hanya untuk mencium Sang putri tidur.
Hidup adalah sebuah nyata. Manusia itu kadang tidak khilaf. Mereka berubah pikiran.
Masa lalu itu adalah bagian dari saya.
Dan saya tidak punya tongkat ajaib untuk menghapus itu dari otak saya.
Saya hanya perlu mencari cara untuk berdamai dengan semuanya. Berhenti bertanya mengapa dan kenapa. Karena mungkin benar kata seseorang, sebuah jawaban hanya akan menimbulkan pertanyaan lain.
Karena kadang seseorang hanya berhenti mencintai, tanpa alasan.
Karena kadang manusia pergi, dan mereka tidak kembali.
Soekarno Hatta - Dalam gundah yang datang tiba-tiba.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hey, i feel you. i just read through all the posts, and it's like reading my own stories.
BalasHapushang on :)
thank you, Batari :)
BalasHapusI hope everything will turn out well for you.