Rabu, 11 Agustus 2010
Broken
Dearest Gail,
Sebenarnya saya sudah tidak ingin lagi menulis. Karena untuk apa juga? menulis buat saya hanya menambah kesedihan belaka. Dan saya, sudah berjanji akan berusaha untuk bahagia. Apapun caranya.
Ini entah sudah hari keberapa saya lalui tanpa kamu. Saya sudah tidak lagi menghitung. Karena untuk apa juga? Tidak ada lagi yang saya tunggu. Tidak ada lagi janji untuk bertemu. Semuanya kita akhiri dengan tanda titik. Tanpa koma, atau tanda seru, ataupun tanda tanya.
Gail, di surat terakhir saya, saya berkata bahwa kamu kalah. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, bukan cuma kamu yang kalah, saya juga. Saya kalah karena saya gagal menggenapi janji saya, 50 purnama bersamamu. Saya kalah karena bahkan ini belum lagi bulan keduabelas, nyatanya jalan sudah tertutup rapat, entah oleh apa.
Gail, sejujurnya saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa kamu. Mungkin itu sebabnya, dengan begitu kekanakan saya berusaha menarik-narik baju kamu supaya kamu tidak pergi. Sejujurnya saya tidak pernah membayangkan saya akan sampai pada titik ini. Titik dimana saya tidak punya kamu. Titik dimana kamu, tidak ada dimanapun.
Saya selalu berpikir bahwa selalu akan kita. Mungkin sampai tahun kelimapuluh nanti, saat umur saya sudah 70 sekian dan umur kamu sudah 80 sekian. Saya selalu bermimpi bahwa pada saat itupun, meski mata kita sudah lamur kita akan tetap punya cinta yang jadi bara di dada. Saya bermimpi, bahwa akan ada dua makam bersebelahan, dengan namamu dan nama saya terpahat disana.
"Abigail dan Bellisima"
Ashes to Ashes, Dust to Dust
Forever in love
Itu yang saya bayangkan akan selalu diingat teman-teman kita. Bahwa kita adalah dua orang, yang dipertemukan oleh kata di suatu masa, dan mencintai sampai maut memisahkan kita. Itu yang saya pikirkan, sewaktu saya mengucap janji di depan Tuhan-mu, hampir 2 tahun yang lalu.
Gail, hari ini seorang teman meminta saya menulis tentang kepahitan. Dia menantang saya untuk membuka semua luka hati, menyiramkannya dengan kata sehingga banjir menjadi kalimat. Sesungguhnya saya tidak mau menulis tentang luka, cin. Karena saya ingin selamanya mengingat kamu sebagai wanita yang mencintai saya tanpa cela. Dan saya sungguh tak punya daya, untuk sekali lagi meraba luka dan mengeja derita.
Tapi janji adalah janji. Dan ini tulisan saya, sebagai usaha untuk menepati pertaruhan saya.
Jadi izinkan saya memulainya dengan berkata bahwa saya kecewa terhadap kamu. Kamu mengecewakan saya bahkan setelah saya memberi kamu puluhan kali kesempatan untuk menyesal, dan begitu banyak waktu untuk berpikir.
Saya membenci kepengecutan kamu, saya membenci ketakutan kamu, saya membenci harga diri dan ego kamu.
Saya tidak pernah menyangka bahwa kamu memilih untuk mengorbankan saya demi menyelamatkan semuanya. Padahal kalau kamu ingat, kamu pernah berkata bahwa apapun yang kamu punya, tidaklah berarti tanpa saya.
Saya membenci wanitamu. Tapi lebih daripada saya membenci dia, saya membenci kamu.
Saya membenci semua yang kamu punya. Tapi lebih daripada itu semua, saya membenci kamu. Karena kamu membiarkan semua hal memisahkan kamu dengan saya, dan kamu.. tidak melakukan apapun untuk membela saya.
Seperti yang saya bilang, Gail. Saya tahu manusia berubah, tapi kamu adalah orang terakhir yang saya pikir akan berubah.
Dan mungkin karena itu, lebih daripada saya membenci kamu, saya akan membenci diri saya sendiri.
Tapi ya sudahlah, Gail.
Itu mau kamu, dan seperti kata kamu, cinta tidak bisa lagi dipaksa. Jadi seperti yang saya janjikan kepada kamu, saya tidak akan menganggu hidup kamu lagi.
Saya juga sudah tidak mau lagi memaki, apalagi bertanya mengapa, kenapa, dan andai saja. Saya bahkan sudah bosan mengingat tentang kamu. Buat saya sekarang, cinta itu hanya seperti permen karet, yang diludahkan ke tempat sampah setelah rahang kita bosan mengunyah.
Jadi mungkin setelah ini, saya akan mencungkil hati saya. Menyerahkannya pada anjing dan babi-babi liar di luar sana.
Karena untuk apa lagi?
Jadi selamat tinggal, Gail.
Seperti apa yang saya bilang kepada kamu berulang kali. Semoga apa yang kamu lakukan terhadap saya, benar-benar bisa membuat kamu bahagia.
I hope it's worth it, Abigail.
I hope it's worth it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
gak ada yg bisa janjiin selamanya
BalasHapus:)
percayalah.
itu cuma hoax hollywood.