Jumat, 13 Agustus 2010

Tentang sang kodok



Saya sedih hari ini.
Sesungguhnya mungkin tidak tepat, karena toh setiap orang berhak menentukan jalan hidup mereka sendiri. Dan siapa saya, sehingga berani mencoba untuk menggurui orang lain?

Mungkin saya hanya terlalu perduli, karena seperti kata dia.. sesama klub "bitter" harus mau saling menopang. Kalau bukan kita yang men-"support" satu sama lain, siapa lagi?

Tangan ini gatal menjitak kepala botaknya, lagian dia masih lebih muda dari saya. Jadi pastinya itu bukan kategori kurang ajar, kan?
Saya cuma bingung mengapa dia tidak mau bercermin dari kisah saya. Padahal saya sudah bercerita cukup banyak. Seharusnya dia bisa belajar, karena sungguh.. uang sekolah yang saya bayar mahal harganya. Dan saya tidak mau, kalau dia harus membayar pelajaran yang sama.

Hal pertama mungkin tentang melepaskan.
Saya masih terheran-heran, tentang betapa mudahnya seseorang melepaskan. Apakah memang segampang itu, untuk dikalahkan oleh rasa takut?
Kenapa sebagai manusia kita tidak sedikit berani, menantang badai dan berjudi.
Apakah memang kita harus sepasrah itu, dan menyerahkan semuanya pada Tuhan dan hidup?
bukankah kita manusia, yang harus mampu menentukan takdir diri sendiri?

Saya mungkin bukan orang pintar. Tapi saya rasa saya cukup tahu apa yang saya mau. Dan andai saja waktu itu dia memilih saya, maka saya rasa selamanya bukan hanya ada di negeri dongeng.
Tapi mungkin saya memang aneh, oleh sebab itu jarang ada yang bisa mengerti.
Mereka menyebutnya naif, sebagian menyebutnya bermimpi.
Tapi sebenarnya saya bukanlah naif atau seorang pemimpi. Saya hanya seseorang yang memilih, untuk mendengarkan kata hati.

Tapi ya sudahlah, saya percaya kamu bukan orang bodoh. Jadi kalau ini keputusan kamu, maka sebagai sesama anggota geng saya hanya berharap bahwa perjalananmu ini, akan membawa kamu ke tempat dimana kamu mau berada.

Jaga diri kamu baik-baik. Ingatlah bahwa apa yang tidak membunuhmu, seharusnya membuat kamu menjadi lebih kuat.

1 komentar: